Total Tayangan Halaman

Kamis, 12 Januari 2012

Pusat Kegiatan Belajar Mengajar Pada Awal Kebangkitan Islam


1.      Kuttab
      Kuttab merupakan pusat pendidikan islam yang terlama. Tampaknya kuttab ini didirikan oleh orang arab pada masa abu bakar dan umar, yaitu sesudah mereka melakukan penaklukan – penaklukan dan sesudah mereka mempunyai hubungan dengan bangsa – bangsa yang telah maju. Pada waktu itu mereka telah merasa pentingnya perluasan penyiaran agama islam, dan memperlengkapi keturunan – keturunan mereka dengan kebudayaan dan pengetahuan agar sejalan dengan masa transisi baru, di mana orang – orang arab telah beralih dari kehidupan yang bercorak isolasi dan baduwi kepada suatu keadaan kehidupan yang yang mempunyai hubungan dan kerjasam dengan bangsa –bangsa yang lebih peradaban. Akan tetapi, walaupun kuttab itu sepanjang masa tetap bercorak islam, di seluruh negeri islam kuttab itu pada umumnya merupakan tempat yang utama mengajarkan Al Quran untuk anak – anak.

      Kuttab memegang peranan penting dalam kehidupan islam karena mengajarkan Al Qur’an bagi anak – anak dianggap suatu yang perlu, sehingga kebanyakan para ulama berpendapat, mengajarkan anak – anak semacam fardu kifayah, disamping itu NAbi juga mengatakan bahwa belajar itu sangat perlu sehingga beliau mewajibkan tiap – tiap tawanan perang badar untuk mengajarkan dua belas anak orang –orang islam sebagai ganti tebusan perang.
      Kuttab telah tersebar luas dengan tersebarnya islam di seluruh pelosok negeri,dan pembentukan kuttab untuk mengajarkan AL Qur’an, membaca, menulis dan agama, dianggap sebagai pekerjaan yang paling mulia dan terhormat disisi Allah, sehingga kebanyakan berlomba –lomba untuk mendidiknya. Prof. Khuda Bakhs mengatakan bahwa, pendidikan dasar atau pendidikan kuttab berkembang secara biasa tanpa campur tangan pemerintah. Pendidikan dasar ini bukanlah satu macam pendidikan yang terdapat pada masa modern saja, akan tetapi perhatian terhadap ini telah timbul dari pihak perorangan secara spontan pada masa – masa islam yang telah lalu, maka oleh karena itu kuttab telah terdapat di setiap desa, baik ia didirikan disamping masjid ataupun bukan. Pada abad ke – 2 hijriah di desa –desa kecil negeri Persia telah diwajibkan mengirim anak – anak ke kuttab secara teratur tanpa campur tangan pemerintah.
      Pendidikan pada kuttab adalah semua orang, di situ belajar anak – anak orang kaya dan miskin. Para guru yang mengajar pada kuttab dilarang membeda – bedakan di antara anak – anak orang kaya dengan anak – anak orang miskin dalam belajar. Ini tidak lain, hanya karena system pendidikan islam adalah mengantu system demokrasi, disana tidak ada perbedaan golongan dalam belajar, maka oleh karena itu tidak ada disana sekolah –sekolah khusus untuk anak – anak orang kaya atau golongan tertentu dari anak – anak warga Negara, tetapi yang ada disana adalah satu anggapan bahwa pendidikan itu harus dijadikan sehingga semua dapat memperolehnya. Kadang  - kadang disana ada sebagian dari anak – anak orang  miskin yang belajar di kuttab memperoleh makanan dan pakaian secara Cuma – Cuma. Anak perempuan memperoleh hak yang sama dengan anak laki – laki dalam belajar, karena menuntu ilmu adalah wajib bagi orang islam, sekalipun berpergian anak – anak perempuan bersama anak laki – laki ke kuttab, kadang  -kadang tidak disukai oleh sebagian ulama dengan alas an behwa belajar bersama seperti itu dapat menimbulkan hal – hal yang dinignkan.
2.      Masjid dan Jami’
       Masjid dapat dianggap sebagai lembaga ilmu pengetahuan yang tertua dalam islam, pembangunannya dimulai sejak zaman nabi dan ia tersebar ke seluruh negeri arab bersamaan bertebarnya islam diberbagai pelosok negeri tersebut, dalam masjid inilah mulai mengajarkan Al Qur’an dan dasa – dasar agama islam pada masa Rasulullah, disamping tugasnya yang utama sebagai tempat untuk menunaikan sholat dan ibadah.
     Masjid dan Jami’ berfungsi sebagai sekolah menengah dan perguruan tinggi dalam waktu yang sama. Sebenernya, masjid apda pertama kalinya merupakan tempat pendidikan dasar, akan tetapi orang – orang islam berpendapat lebih baik memisahkan pendidikan anak – anak pada tempat yang tertentu kemudiannya, demi  menjaga kehormatan masjid dari keributan anak – anak dank arena mereka belum mampu menjaga kebersihan.
     Di antara masjid – masjid dan jami’ yang terkenal sebagai pusat kegiatan belajar mengajar adalah :
a.       Jami’ umar bin ash. Ia digunakan sebagai tempat belajar mulai tahun 36H. mula –mual disini diajarkan pelajaran agama dan budi pekerti, kemudian pendidikan di situ menjadi luas secara berangsur – angsur dengan ditambahkan beberapa mata pelajaran. Pada waktu imam Syafi’I datang kemasjid ini untuk menjadi guru pada tahun 182H. ia melihat di situ ada 8 buah halaqah (lingkaran) yang penuh dengan pelajar.
b.      Jami’ ahmad bi thulun. Masjid ini sempurna didirikan pada tahun 256H dan pada tahun ini pula para ulama dan fuqaha mulai mengajar, kemudian pendidikan disitu terus berkembang, sehingga melengkapi pelajaran fikih, hadist dan ilmu kedokteran.
c.       Masjid Al Azhar. Masjid al azhar dianggap sebagai lembaga ilmu pengetahuan islam yang termasyur, dan kemasyurannya ini masih sampai pada masa kita sekarang. Pada waktu sekarang ini universitas Al Azhar bukan lagi lembaga pendidikan tinggi agama, akan tetapi disana telah terdapat berbagai fakultas untuk pendidikan umum. Berbicara tentang masjid al azhar, al maqrizi menjelaskan bahwa disana disediakan makanan bagi pelajar miskin, sedangkan harta –harta wakaf yang terdapat disitu digunakan untuk memelihara masjid dan untuk bea siswa bagi murid – murid yang belajar disitu. Demikian pula ia mengatakan bahwa, pelajar –pelajar miskin yang bertempat tinggal dimasjid ini berjumlah kadang –kadang 750 orang sebagian mereka datang dari Persia, magrib, dan petani – petani dari mesir sendiri, dan tiap – tiap pendatang ini tinggal di asrama yang disediakan oleh Al Azhar. Adapun jumlah – jumlah masjid yang sangat banyak di negeri – negeri islam, sebagaimana dapat kita saksikan dari bekas – bekasnya yang masih ada sekarang ini, kecuali di masjid – masjid tertentu saja.
3.      Dawarul hikmah dan dawarul ilmu
      Dawarul hikmah ini muncul pada waktu bercampurnya bermacam –macam bangsa dan perradaban pada masa kerjaan abbasiah dan pada masa bangkitnya gerakan intelek yang hebat yang telah mendorong orang – orang islam pada waktu itu untuk memperoleh ilmu – ilmu pengetahuan zaman kuno. Menurut pendapat yang lebih kuat, lahir lembaga –lembaga ini adalah pada masa Ar Rasyid. Tujuan utama daripada mendirikan lembaga – lembaga ini adalah untuk mengumpulakn dan menyalin ilmu – ilmu pengetahuan asing, terutama ilmu pengetahuan – ilmu pengetahuan orang griek dan falsafah mereka ke dalam bahasa arab untuk dipelajari. Pada waktu itulah telah diterjemahkan kitab – kitab berbahasa asing ke dalam bahasa arab dan telah menghasilkan ulama – ulama yang terkenal, di antaranya al khawarijmi sebagai ahli ilmu falak yang terkenal dan ja’far Muhammad sebagai ahli dalam ilmu ukurdan mantiq.
4.      Madrasah
     Madrasah adalah satu jenis yang lain dari lembaga pendidika tinggi dan ia muncul pada akhirabad ke IV Hijriah.
     MADRASAH ( tempat belajar, dari akar kata darasa : belajar). Nama atau sebutan bagi sekolah agama islam, tempat proses belajar mengajar ajaran islam secara formal yang mempunyai kelas (dengan sarana antara lain meja, bangku dan papan tulis) dan kurikulum dalam bentuk klasikal. Padanan kata madrasah dalam bahasa Indonesia adalah sekolah.
      Sementara itu, pengertian yang berasal dari bahasa arab di atas menunjukan bahwa tempat belajar tidak mesti di suatu tempat tertentu, tetapi bisa dilaksanakan dimana saja, dirumah, disurau,langgar atau masjid. Tempat ini dalam sejarah lembaga –lembaga pendidikan islam memegang peranan sebagai tempat belajar bagi umat islam. Dalam perkembangan selanjutnya, kata madrasah secara teknis mempunyai arti atau kondisi tertentu, yaitu suatu gedung atau bangunan tertentu yang lengkap dengan segala sarana dan fasilitas yang menunjang proses belajar agama.
      Kata dan istilah madrasah bisa juga berarti aliran atau madzhab, yaitu sebutan bagi kelompok ahli yang mempunyai pandangan atau faham yang sama dalam ilmu – ilmu keislaman, seperti dibidang fikih ( hokum islam), maka, dalam literature islam klasik (kitab – kitab kuning) sering ditemui kata madrasah. Penulis – penulis barat menerjemahkannya menjadi school atau aliran.
Seperti madrasah maliki, madrasah  syafi’I, madrasah hanafi dan madrasah hambali yang sinonim denganmadzah maliki, mazhab syafi’I, mazhab hanaafi dan mazhab hambali.
     Al maqrizi mengatakan tentang madrasah sebagai berikut. Madrasah itu dikenal pada masa sahabat dan tabi’in. ia diciptakan sesudah 400 tahun dari tahun hijriah. Madrasah yang mula  - mula didirikan dalam islam ialah madrasah yabg didirikan sebuah sekolah oleh amir nashr bin sabkhatkin.di antara – antara madrasah yang didirikan masa dahulu ialah madrasah Nizamiyah di Baghdad. Sekolah ini didirikan oleh perdana menteri Nizhamul Mulk, dan didirikan pada tahun 457 H. disini mengajr syaikh Abu Ishaq Al Sirazi Al firuzbadi,pengarang kitab “At TAnbih” dalam ilmu fikih, dalam mazhab al imam syafi’i. sejak itu ia telah diikuti oleh orang –orang dari Iraq, khurasan, mawaraun nashr dan dari jazirah dan di al bakr.
      Adapun di mesair, madrasah – madrasah baru didirikan sesudah hilangnya kerajaan fatimiyah dan sesudah berdirinya kerajaan ayyubiyah. Pada masa kerajaan ayyubiyah inilah didirikan madrasah – madrasah sehingga ia tersebar sangat luas. Penebaran madrasah – madrasah ini tetap berjalan terus pada masa al malik.,  demikian pula di syiria madrasah – madrasah banyak didirikan pada masa ini.
     Biasanya sebuah madrasah dibangun untuk salah seorang ahli fikih yang termasyhur dalam salah satu mazhab yang empat. Umpamanya nuruddin Mahmud bin zinki telah didirikan didamaskus dan halab beberapa madrasah utuh mazhab syafi’I dan mazhab hanafi,dan telah dibangun pula sebuah madrasah untuk kedua mazhab ini di kota mesir.
     Madrasah itu ridak berbeda dari masjid atau jami’. Baik dari segi bangunan, tugas maupun tujuannya. Hanya madrasah itu itu lebih lengkap persiapannya untuk studi dan untuk tempat tinggal bagi pelajar – pelajar yang belajar seacara full timer. Madrasah pun telah digunakan untuk melaksanakan tujuan – tujuan masjid, seperti digunakan untuk melakukan shalat sebagaimana dilakukan di masjid- masjid, kemudian juga madrasah juga digunakan sebagai pengadilan. Namun demikian madrasah itu mempunyai tugas pokok yang tersendiri, yaitu mengajar fikih yang sejalan dengan satu atau lebih mazhab ahlu sunnah yang empat itu, dengan cara menarik pelajar- pelajar untuk menggunakan waktu mereka sepenuhnya dalam belajar, dan memberikan gaji tetap bagi para guru, sehingga mereka tidak usah mencari pekerjaan lain untuk mencari penghidupan mereka.
5.      Al khawanik, azzawaya dan arrabath
     Ditinjau dari banya segi, lembaga – lembaga ini lebih banyak menyerupai monastery dan hermitage, karena pelajar – pelajar mengasingkan diri mereka untuk belajar dan beribadat di lembaga – lembaga ini, sebagaiman biasanya disediakan untuk mystic atau orang tasawwuf. Tampaknya al khawanik ini tersebar luas dan lebih berperan dari azzawaya dan arrabath. Al maqrizi mengatakan tentang salah satu dari al khawanik ini yang disana telah diatur beberapa mata pelajaran, diantaranya adalah empat mata pelajaran untuk fuqaha empat mazhab, beberapa pelajran hadist nabi. Beberapa mata pelajaran untuk membaca al quran dalam tujuh riwayat. Tiap – tiap mata pelajaran diasuh oleh seorang guru, dan tiap – tiap guru mempunyai sekumpulan pelajar, dan diisyaratkan kepada mereka menghadiri pelajaran dan melaksanakan semua protokolaor tasawuf. “ tiap – tiap hari diatur bagi tiap murid makanan, daging, roti, dan dalam sebulan sekalo diberikan halwa, sabun dan minyak”. Pada sebagian alkhawanik diperlengkapi dengan semua kebutuhan para pelajar di dalam khanqah masing – masing, seperti makanan, minuman, pakaian dan obat – obatan, bahkan terdapat disana tukang cukur bagi pelajar – pelajar dan memijit badan mereka, sehingga memungkinkan mereka mengasingkan diri dalam khanqah masing – masing untuk belajar dan beribadat dan tidak perlu berhubungan dengan dunia luar.
      Adapun zawiyah menyerupai khanqahdari segi tujuan, akan tetapi zawiyah ini lebih kecil dari khanqah, dan dibangun untuk orang –orang tasawuf yang fakir supaya mereka dapat belajar dan beribadat. Contohnya salah seorang raja dari al mamalik membangun sebuah zawiyah itu didirikan untuk seorang syaikh yang termasyhur yang bertugas untuk menyiarkan ilmu pengetahuan dan mengasingkan diri untuk beribadat. Pada umumnya zawiyah itu dikenal dengan nama seorang syaikh yang terkenal dengan ilmunya dan takwanya.
     Menurut pengertian yang diberikan al maqrizi yang dimaksudkan dengan arrabath ialah rumah – rumah yang sufi dan tempat tinggal mereka yang didiami oleh sejumlah yang terbatas dari fuqara’ yang mengasingkan diri yang tidak mempunyai keluarga dan mempersiapkan diri mereka untuk belajar dan beribadat semata – mata.
      Disana telah didirikan pula arrabath yang khusus bagi para wanita, dimana mereka bertempat tinggal, beribadat, dan mengajrkan pelajaran agama didalamnya. Disana telah terdapat pula ribath yang dikenal dengan nama ribath al bagdadiyah yang dibanhun pada tahun 684 H untuk seorang syaikh wanita yang bernama syaikhah Zainab Al Baghdadiyah. Beliau bertempat tinggal di situ bersama – sama dengan sejumlah wanita yang baik – baik yang mengasingk diri untuk belajar dan beribadat.
6.      Al baristan
     Orang- orang islam mendirikan al bimaristan untuk pengobatan orang- orang islam dengan cara gratis dan untuk mempelajari ilmu kedokteran secara praktis. Menurut keterangan al maqrizi, orang yang mula – mula yang membangun al bimaristan dan rumah sakit adalah al wahid bin abdul malik pada tahun 88 H. di antara Al Bimaristan al mansuri al kabir yang didirikan oleh al malik al mansuir, salah seorang raja al mamalik pada tahun 673 H dan disana dibuat obat – obatan dan dipekerjakan dokter –dokter. Bagi tiap – tiap golongan orang sakit disediakan tempat dan air mengalir pada semua tempat ini. Disana telah dikhusukan pula untuk memasak makanan, minuman dan obat – obatan disamping itu telah diadakan pula sebuah tempat untuk memisahkan obat – obatan dengan minuman, dan tempat khusus bagi para dokter kepala yang dipergunakan untuk memberi mata pelajaran kedokteran.
7.      Halaqotud dars dan al ijtima’at al ilmiyah
      Salah satu cirri dari pendidikan islam ialah mudah dan elastic, dan sebagai bukti untuk itu ialah terdapat halaqatud dars dan il ijtima;at al ilmiyah di mana – mana yang bertujuan untuk menyebarkan ilmu. Halaqat ini merupakan salah satu cara penting menyebarkan ilmu pengetahuan dan kebudayaan dengan cara yang mudah dan terikat dengan tempat yang tertentu. System ini telah membantu pembahasan ilmu secara merata yang dilakukan secara perorangan, berhubungan dengan guru dan berdiskusi. System ini juga telah membantu pembahasan ilmu secara merata yang dilakukan oleh perorangan berhubungan dengan guru dan dengan berdiskusi. System ini juga telah membantu tersebarnya perpustakaan yang banyak di dunia islam dan buku – buku yang tidak sedikit. Halaqatut dars diadakan di rumah – rumah para ulama, di istana raja – raja dan pembesar – pembesar. Sebagai contoh hal itu ialah ibnu arabi pada abad ke 2 hijriah, beliau mengadakan halaqatud dars yang dihadiri oleh pengunjung yang banyak. Abu abbas tsa’ab mengatakan bahwa beliau melihat siding halaqah yang diadakan oleh ibnu arabi yang dihadiri oleh kurang lebih 100 orang, dimana beliau mendiktekan kepada mereka sejumlah buku yang dibawa atas beberapa unta. Salah satu untuk memuaskan kesenangan otak para khalifah dan penguasa memanggil para ulama kerumah mereka untuk berdiskusi masalah – masalah keagamaan dan ilmu pengetahuan bersama mereka. Untuk menjelaskan ini, al maqrizi mengatakan dalam bukunya Nafhuth thib, bahwa beberapa cirri dari ulama dan ahli fikih andalus, mereka ini menghafal mazhab – mazhab yang lain yang dibahas di hadapan raja – raja mereka atau di istana para khalifah dan orang – orang kaya.
8.      Duwarul kutub
       Berbicara tentang lembaga pendidika dalam islam, sangatlah patu disebutkan duwarul kutub(perpustakaan – perpustakaan) yang besar yang memegang peranan penting dalam menyukseskan tugas – tugas lembaga – lembaga pendidikan tersebut dalam bentuk yang lebih sempurna dan juga membantu berlangsungnya terus pelajaran, prestasi, penelitian perorangan, serta memudahkan cara- cara memperoleh pendidikan diri bagi orang banyak. Perpustakaan – perpustakaan itu telah tersebar dalam bentuk yang belum pernah dikenal sebelum itu dan lagi ia merupakan satu keistimewaan khusus bagi lembaga – lembaga pendidikan islam. Kebanyakan madrasah – madrasah, masjid – masjid, duwarul ilmi da duwarul hikmah telah diisi dengan perpustakaan – perpustakaan besar.
     Al maqrizi menyebutkan perpustakaan – perpustakaan yang besar didirikan dai samping – samping masjid dan darul hikmah yang di buka bagi para peminat – peminatnya yang terdiri dari para pembaca dan pennyali bermacam – macam cabang ilmu pengetahuan, dimana didalamnya juga disediakan tinta dan kertasa tulis. Demikian ia juga menyebutkan perpustakaan yang didirikan di samping madrasah Al Fadiliyah yang mempunyai buku – buku sejumlah 1.000.000 buah. Hal ini semuanya terjadi pada masa orang – orang belum lagi mengenal cetakan.
       Ibnu Qufthi menjelaskan pula tentang adanya sebuah perpustakaan yang berisi buku – buku tentang ilmu ukur dan ilmu falak yang berjumlah 6.500 buah dan disana juga terdapat didalamnya dua buah bola bumi, sebuah diantaranya kepunyaan bathleimus dan satu lagi kepunyaan abul hasan ash shufi, keduanya berharga 3.000 dinar.
       Yaqut dalam bukunya Mu’jam menjelaskan bahwa karkar di sekitar al qansh terdapat sepetak tanah yang berharga kepunyaan ali bin yahya bin al munjim, yang padanya didirikan sebuah istana yang besar dan didalamnya terdapat sebuah perpustakaan yang besar pula dan diberi nama “khazanatul Hikmah”.

Sumber : Prof. Dr. Suwito, MA, 2005.Sejarah Sosial Pendidikan Islam, jakarta : prenada media

Tidak ada komentar:

Posting Komentar